PEMIMPIN
& KEPEMIMPINAN
Berdasarkan
air
BILA KITA MAMPU
MENGAMBIL HIKMAH DARI SETETES AIR YANG SELALU MENGALIR DARI HULU DAN SELALU
MENUJU HILIR
Tegur sapaku semoga dapat
menyambut keberhasian kalian semua.
Sulit mengingkari
kenyataan bahwa kepemimpinan dan kepemimpinan merupakan faktor dominan yang
sangat menentukan keberhasilan dalam berusaha, terlebih lagi apabila sistim
yang ada belum terlalu mapan. Jika ada yang memilih jalur hidup untuk mendalami
persoalan – persoalan pemimpin dan kepemimpinan kemudian menyebarluaskannya
kepada orang lain, maka saya sangat menghargainya. (Ir. Ciputra)
Bila dalam
perspektif sejarah, ide kepemimpinan berkembang dari bentuk “menang – kalah”
(win-loss), seperti halnya kepemimpinan raja – raja pada zaman dahulu, beralih
pada bentuk “menang dan menang” (win-win), Lebih dari itu konsep kepemimpinan
yang digali dari dan/atau berdasar air, akan mampu berpikir keluar dari nafsu
selalu ingin menang sendiri.
Jika dilihat dari
relevansi kekiniannya, konsep kepemimpinan berdasarkan air, seakan – akan hadir
pada saat yang tepat dan dibutuhkan, yaitu ketika dimana banyak dunia bisnis
dan organisasi dikuasai oleh pelaku yang selalu mendewakan kemenangan,
kekuatannya dan juga semakin banyak pemimpin dalam kelas menengah makin
membiasakan dengan manajemen sistem by-pass, sehingga sering terjadi
kegoncangan dan sulit mencari pengelola yang kompeten untuk mengatasinya.
Diawali dari kata
kunci bahwa air adalah sumber hidup, bahwa kepemimpinan berdasarkan air ini,
mempunyai tiga hal pokok yang fundamental yaitu :
Pertama : Tidak mengalahkan
Kedua : Tidak Mengalah
Ketiga : Sampai Pada Tujuan
Tanpa sedikit
pretensi apapun, jika kita melihat air bisa memberikan pelajaran ditengah –
tengah kemandekan “rasionalitas” manajemen apapun, sebagaimana salah satu
fenomena alam, bahwa air memang memberi banyak perlambang, diantaranya adalah :
1.
Mengalir penuh kelenturan
Air
– dalam keadaan normal tidak pernah memaksa batu, pohon atau penghalang lainnya
untuk minggir. Sifat lentur tersebut tidak membuat air kalah, bahkan air
berhasil melewati semua penghalang – penghalang tersebut. Kelenturannya justru
menjadi sumber kekeuatan yang luar biasa. Ini senada dengan ilmu bela diri,
pada tingkat tertinggi, keperkasaan seseorang dalam melawan musuh tidak
ditentukan dengan oleh kekuatannya atau otot – ototnya, melainkan ditentukan
oleh kelenturannya semua unsur tubuhnya.
2.
Laut dan sungai
Air
– tidak ada yang meragukan bahwa air laut jumlahnya jauh lebih besar
dibandingkan dengan air yang berada di sungai, dan hal ini terjadi karena letak
laut “di bawah” sungai. Ini berarti kukuasaan, sebagaimana diisyaratkan oleh
banyaknya air (laut), bahwa kekuasaan tidak selalu terletak dalam pilihan sikap
untuk menempatkan diri “diatas” orang lain. Sebaiknya, laut dan sungai justru mengajarkan
bahwa kekuasaan bisa diperoleh dengan sikap rendah hati dan melayani.
3.
Ketenangan Kolam
Air
– jika kolam dibiarkan tenang dan tanpa diganggu, maka ia akan berfungsi
seperti cermin yang nyaris sempurna, hal ini memberikan inspirasi bahwa tugas
utama seorang pemimpin adalah mirroring and punishment, konsep mirroring ini
justru merekomendasikan pimpinan untuk menjadi fasilitator dan katalisator bagi
kemajuan orang lain. Dalam pengertian ini, yang terpenting bukan imbalan dan
hukuman yang terbukti membuat seseorang lebih banyak bergantung pada dorongan
dari luar, melainkan meratakan jalan bagi kemajuan orang lain. Sehingga, orang
merasa tidak terpaksa bergantung pada kekuatan luar selain dirinya, tapi
diarahkan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Dalam waktu yang
relative singkat akan terbentuk pola kesadaran yang berasal dari dirinya
sendiri.
4.
Dari atas menuju dasar
Air
– ketika air mengalir selalu mencari bagian yang paling dasar, maka kecintaan
atas dasar moral, kemanusiaan, kasih sayang, kesejahteraan, keadilan dll
merupakan pedoman dasar dan tujuan akhir dari seorang pemimpin. Ia konsisten
dalam gerakannya, terus mengalir dari atas kebawah, mengerti tujuan akhirnya
dan selalu meresap dalam sifatnya.
5.
Bergerak naik merata
Air
– bergerak naik secara merata merupakan bagian dari pelajaran yang sangat
berguna bagi seorang pimpinan dalam hal memandang suatu persoalan, berbeda
dengan seorang yang selalu berpikir secara parsialistik dan/atau memandand
suatu persoalan hanya dari satu sudut pandang saja dan memandang suatu
persoalan secara holistik pun bukan mutlak dapat dikatakan benar sekali dalam
hal ini, sehingga bergerak naik merata yang diajarkan air, tidak terjebak pada
sudut pandang umum (dikotomi parsial dan holistik) untuk memandang suatu persoalan,
tetapi tatapan mata dalam memandang suatu persoalan, sebagaimana diajarkan air
yang bergerak naik merata ini adalah memandang persoalan secara “seimbang
merata” di dalam memandang unsur – unsur suatu persoalan.
Pertanyaan
yang sering muncul dari konsep dasar air ini adalah apakah setiap waktu kita
harus menerapkan pendekatan lunak ?
Tentu saja jawabnya adalah tidak, karena “lunak” juga bertentangan
dengan karakteristik air yang sebenarnya. Sifat lunak air sangat berbeda dengan
pengertian lunak pada umumnya yang memberi kesan selalu mengalah pada yang
keras.
Kelenturan
air terutama pada keadaan normal adalah tidak mengalah – tidak mengalahkan,
pohon tidak dipaksa untuk miggir, batu tidak disuruh pergi atau dibuang, namun
pada saat yang sama berhasil ia mengalir penuh kelenturan. Inilah sebuah
perlambang alam yang tidak mengalah maupun mengalahkan tetapi berhasil mengalir
ketujuan, sebagai sedikit kesimpulan, air mengajarkan pada kita semua untuk
keluar dari dikotomi menang dan kalah, air, sebagaimana ulasan pengertian
diatas, memiliki tiga ciri pada saat yang bersamaan : tidak mengalah, tidak
mengalahkan dan berhasil sampai pada tujuan. Ia selalu konsisten, fleksible,
juga tidak berwarna, tidak berbau, cenderung menjernihkan, relative
menetralkan, tau yang dipijak maupun yang akan dilewati, penuh semangat untuk
kembali kepada tujuan akhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar