Konsep
mengenai makanan bagi orang di Daerah Maluku Utara ini sama saja dengan konsep
mengenai makanan yang ada pada orang di Daerah Maluku Tenggara, hanya terdapat
perbedaan dalam wujud dan bahan mentahnya saja.
Pada
saat sekarang ini orang di Daerah Maluku Utara dalam makanan pokoknya sudah
berorientasi kepada “nasi” dan bukan lagi kepada sagu seperti orang di Daerah
Maluku Tengah dan enbal seperti orang di Daerah Maluku Tenggara.
Hal ini
dapat dilihat dari macam-macam makanan yang disediakan dalam upacara-upacara
adat di Daerah Maluku Utara ini. Namun demikian penggolongan makanan oleh orang
di daerah ini adalah sama saja yaitu :
Makanan sehari-hari atau yang disebut juga makanan pokok, dan makanan
khusus untuk upacara-upacara.
Demikian
juga halnya dengan minuman, minuman di Maluku Utara di gongan sebagai : Air minum sehari-hari yang biasanya diminum
untuk memenuhi akan kebutuhan karena haus. Air minum untuk teman sarapan, yang
merupakan kebiasaan dalam acara makan di pagi hari. Air minum untuk menjamu
tamu, yang dalam hal ini cara penyajiannya sudah lebih menunjukkan tata
pergaulan antar manusia. Selain yang sudah disebutkan di atas, maka ada juga
minuman yang khusus disediakan untuk upacara-upacara, baik upacara-upacara
keagamaan ataupun upacara adat dan sebagainya.
Menurut orang di Daerah Maluku Utara ini jenis-jenis
makanan digolongkan dengan konsep mereka mengenai makan adalah satu tindakan
untuk melanjutkan kehidupan, secara jasmani. Dengan demikian ada makanan yang
bersifat primer dalam pengertian mutlak harus ada untuk menyambung akan
kehidupan karena tanpa makan orang akan mati dan ada juga makanan yang bersifat
sekunder, dalam pengertian makanan yang hanya ada untuk dinikmati dan bukan
dimakan untuk menghilangkan rasa lapar, ataupun untuk menambah tenaga.
Dalam
pengertian ini termasuk jajanan danlain-lain suguhan untuk memenuhi segala
macam adat dan tata sopan santun saja.
Adapun
jenis-jenis makanan yang biasanya disajikan di Maluku Utara ini sesuai konsep
mereka tentang makanan adalah nasi, ubi-ubian, serta lauk pauknya yang terdiri
dari daging hewan dan ikan dan lain-lainnya, termasuk kacang-kacangan.
Menurut
konsep kebudayaan, maka orang di Maluku Utara ini melakukan makan dalam tiga
waktu yaitu, makan di pagi hari, makan di siang hari dan makan di malam hari.
Selain itu masih ada selingan makan di sore hari yang biasanya dikenal dengan
minum the sore.
Menurut
orang di Maluku Utara ini mereka menggolongkan jenis-jenis makanan sebagai
berikut :
a. Fungsi Makanan.
Menurut fungsinya makanan dapat
dibedakan atas dua poko yaitu:
1.
Makanan poko atau makanan sehari-hari dalam hal
ini makanan yang dimakan setiap hari sebagai penyambung kehidupan, dan
merupakan penambah energy bagi manusia dan yang biasa dilakukan dalam tiga
waktu itu yaitu makan di pagi hari, makan di siang hari dan makan di malam
hari.
2.
Makan untuk peristiwa khusus seperti kedatangan
tamu, makan dalam upacara-upacara adat, makan dalam pesta atau upacara
perkawinan, ulang tahun dan sebagainya.
Dari segi ini fungsi dari pada makanan itu bukan lagi merupakan
penyambung kehidupan, tetapi sudah merupakan hal yang hanya untuk dinikmati
atau sekedar sebagai tanda bersuka cita, ataupun sebagai penghormatan bagi tamu
yang datang.
Demikian juga halnya
dengan minuman yang pada saat-saat tertentu miuman merupakan alat untuk
menghilangkan rasa haus, juga sewaktu-waktu minuman itu berfungsi sebagai
pelancar jalannya makanan, ataupun sewaktu-waktu merupakan pelengkap dari satu
upacara, baik yang bersifat keagamaan, adat dan sebagainya.
Minuman sebagai
pelancar jalannya makanan biasanya digunakan air putih yang sudah dimasak,
minuman sebagai untuk dinikmati, biasanya dipergunakan air putih yang sudah
diberikan the, lalu di campur dengan sedikit gula sehingga rasanya manis.
Minuman ini juga disajikan dalam bentuk penghormatan kepada tamu yang datang
mengunjungi keluarga.
b.
Makanan Sesuai Kedudukan Sosial dan Ekonomi
yang ada dalam Masyarakat.
Seperti sudah diuraikan terlebih dahulu
bahwa di daerah Maluku Utara ini tingkat pelapisan di dalam masyarakat sudah
hamper tidak Nampak sama sekali, dan hanya bisa dilihat upacara-upacara adat
saja.
Dan pada umumnya orang hanya dapat
mengetahui akan kedudukan dalam masyarakat adatnya dari ceritera sejarah
keturunannya. Misalnya ada orang yang menceritakan bahwa si A adalah berasal
dari keturunan Raja dan sebagainya, tetapi posisinya sebagai keturunan Raja
ataupun bangsawan itu tidak akan mempengaruhi akan keberadaannya di
tengah-tengah masyarakat di Maluku Utara sekarang ini.
Nanti
pada saat ada upacara-upacara adat, barulah kedudukan si turunan Raja tadi
difungsikan apabila adat dalam upacara itu membutuhkannya. Hal inilah yang
menyebabkan makanan yang dimakan di Maluku Utara ini adalah sama saja untuk
semua lapisan dan cara mendapat makanan inipun teergantung dari kemampuan orang
yang ingin mendapatkannya.
c.
Keaneka-ragaman.
Dalam suatu masyarakat memang terdapat lebih dari
satu kelompok masyarakat yang berbeda dalam adat dan kebudayaannya. Namun
demikian di muka sudah dijelaskan bahwa di Daerah Maluku Utara ini tidak lagi
terdapat tingkatan dan latar belakang dari status social anggota masyarakat di
dalam pergaulannya sehari-hari. Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa
keaneka-ragaman corak kebudayaan dari masyarakat di Maluku Utara ini pasti ada.
Dan keaneka-ragaman itu sudah tergambar dalam satu wujud kebudayaan
Maluku Utara, di antaranya dapat dilihat dari makanan yang disajikan sebagai
bagian dari pada kebudayaan masyarakat ini.
d.
Penggolongan Makanan Dalam Fungsinya.
Di Daerah Maluku Utara ini makanan yang tidak
tergolong sebagai makanan pokok juga tergolong sesuai fungsinya. Adapun
fungsi-fungsi yang dimaksudkan adalah antara lain :
1.
Fungsi Kenikmatan
Dalam hal ini makanan yang disuguhkan tidak dimakan sebagai makanan untuk
mengeyangkan, melainkan untuk dinikmati saja, dalam hal seperti ini makanan
yang disajikan adalah termasuk jajanan karena makanan tersebut dimakan bukan
sebagai penyambung kehidupan.
Makanan dan minuman yang disajikan disini biasanya terdiri dari kue-kue
dan makanan ringan lainnya dan sebagai pengantaranya biasanya disuguhkan air
putih biasa, the yang diberikan sedikit gula, kopi, susu dan lain-lain minuman
yang tidak mengandung alcohol.
2.
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum
dalam keadaan darurat.
Seperti juga dalam uraian mengenai Maluku Tenggara, sudah dijelaskan
bahwa keadaan darurat disebabkan oleh banyak hal, seperti bencana alam, musim
paceklik, orang sakit, termasuk orang hamil dan sebagainya.
Dalam keadaan darurat seperti bencana alam, biasanya orang diMaluku Utara
ini menyediakan makanan yang tahan lama dan makanan seperti ini biasanya
disebut dengan istilah makanan kering. Biasanya terdiri dari sagu, roti kering,
dan sebagainya.
Sama juga dengan keadaan darurat yang disebabkan oleh musim paceklik
misalnya, maka makanan yang disediakan jauh sebelum tibanya masa paceklik itu.
Tetapi musim paceklik di daerah Maluku Utara itu sekarang ini sudah tidak
pernah ada lagi, ini disebabkan karena adanya kemajuan di bidang pertanian yang
semakin hari semakin baik, sehingga rata-rata pendapatan perkapita dari
masyarakat Maluku pada umumnya adalah di atas normal.
Dalam keadaan darurat seperti orang sakit misalnya, maka biasanya makanan
yang disuguhkan adalah makanan yang lembut seperti bubur dan sebagainya yang mudah
dicernakan.
Sedangkan untuk orang yang hamil, makanan yang disediakan
sekurang-kurangnya tidak membahayakan janin yang ada di dalam kandungan
tersebut.
3.
Fungsi Sosial.
Makanan yang dilihat dalam fungsi ini adalah makanan yan disuguhkan untuk
kepentingan acara-acara keluarga sebagai suguhan, dan makanan yang disuguhkan
ini lebih banyak menunjukkan nilai tata pergaulan serta tata kesopanannya.
Dalam suguhan seperti ini minuman juga disediakan, dan minuman yang
disuguhkan dalam situasi ini ada yang berkadar alcohol ada juga yang sama
sekali tidak mengandung alcohol. Minuman yang tidak mengandung alcohol seperti
air putih, teh, susu, kopi dan sebagainya sedangkan minuman yang mengandung
alcohol seperti sageru, sopi dan sebagainya.
4.
Fungsi-Fungsi Lain.
Dalam upacara keagamaan misalnya, maka fungsi makanan yang disajikan
tidak lain adalah sebagai pelengkap upacara. Salah satu contoh yang dapat
dikemukakan adalah upacara keagamaan bagi orang Kristen yaitu Perjamuan Kudus.
Dalam upacara ini disediakan suguhan berupa roti dan air anggur, yang
mana kalau dilihat maka makanan dan minuman yang disuguhkan dalam upacara
tersebut hanyalah sebagai persyaratan upacara saja, bukan untuk dinikmati dan
bukan juga dimakan untuk menghilangkan lapar. Demikian juga dengan upacara-upacara
keagamaan dari mereka yang beragama Islam.
Memang ada juga makanan yang
disediakan dalam upacara-upacara lain yang khususnya untuk dimakan secara
bersama-sama, yang tentunya agak lain dari upacara keagamaan itu. Satu contoh
misalnya upacara adat yang dikenal dengan “Makan Patita”.
Acara ini dikenal di seluruh
kepulauan Maluku ini, sebagai tanda bersuka ria setelah selesai melakukan
kewajiban yang dibebankan selama waktu tertentu.
Dalam upacara ini makanan
yang disediakan biasanya dari hasil kebun, serta hasil-hasil pertanian lainnya.
Caranya adalah menggelarkan
daun kelapa di tepi pantai, kemudian seluruh makanan diletakkan di atas daun
kelapa itu lalu mereka duduk melingkari makanan itu kemudian setelah diadakan
doa, maka mulailah makanan itu dapat disantap.
Minuman yang disajikan dalam
acara ini hanyalah air putih biasa dan tidak disajikan minuman yang mengandung
alcohol.
Di Daerah Maluku Utara ini
kenal beberapa upacara-upacara antara lain:
Upacara perkawinan, Upacara potong rambut, Upacara sunatan, Upacara
Kelahiran, Upacara-upacara keagamaan, Upacara pelantikan Raja, tua-tua adat,
Upacara penerimaan tamu-tamu dan sebagainya.
Sedangkan makanan yang
biasanya disajikan dalam upacara-upacara tersebut adalah :
Nasi kuning, Nasi Jaha, Pali, Nyae-nyae, Kua biji-biji, Siri kaya,
Lapa-lapa, Boboto, Dalampa, Gule-gule, Brinji, Rica isi, Ikan isi, Nasi putih,
Air putih.
Demikianlah makan dan minuman
di Daerah Maluku Utara yang secara lebih detail akan diuraikan sebagai berikut.
a.
Makanan Dalam Upacara Perkawinan di Maluku
Utara.
Sebelum kita melihat makanan dalam upacara perkawinan
di Maluku Utara ini, maka terlebih dahulu kita lihat upacara perkawinannya
sendiri.
Seperti diketahui bahwa suatu perkawinan adalah suatu
permulaan dari pada hidup berumah-tangga. Sebelum upacara pernikahan yang
sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan upacara melamar. Hal ini biasanya
dilakukan oleh pihak pria, yang secara resmi datang kepada pihak wanita untuk
melamar anak wanita tersebut untuk dijadikan isterinya. Dalam acara pinangan
ini selalu harus dilakukan oleh orang tua atau wali dari pihak pria, biasanya
mereka datang kepada pihak wanita untuk membicarakan tentang pinangan dari anak
laki-laki mereka terhadap anak wanita dari pihak yang lain.
Setelah diterima, maka tanggal ataupun waktu pernikahan itu akan
dilaksanakan ditentukan pada saat itu juga.
Setelah selesai acara ini, belum berarti kedua pihak
yaitu sang pria dan wanita telah resmi menjadi pasangan Suami-Isteri apabila
sudah dilakukan upacara pernikahan, baik secara adat, Agama maupun di
Pencatatan Sipil.
Apabila tanggal pernikahan itu sudah ditentukan, maka
kedua pihak dari kedua mempelai akan melaksanakan upacara sesuai dengan agama
yang dianutnya.
Pada gambar Nomor 27 dan 28 nampak sepasang pengantin
yang sedang disuap sesuai dengan upacara dari segi adat yang mereka anut dan
dari segi Agama. Gambar menunjukkan bahwa pasangan pengantin Islam. Pada saat
tanggal pernikahan itu tiba, maka apabila kedua mempelai tersebut adalah
penganut agama Islam, maka mereka akan diperhadapkan kepada Penghulu kemudian
dilakukan upacara sebagaimana sudah ditentukan dalam syarat-syarat yang harus
dilakukan di depan Penghulu.
Sesudah upacara di depan Penghulu selesai, upacara dilakukan di
lingkungan keluarga. Dan dalam upacara inilah dilakukan upacara menurut adat
dan kebiasaan keluarga masing-masing seperti kita lihat dalam gambar Nomor 27
dan 28 tersebut.
Masih dapat kita lihat salah satu persyaratan dari
pada adat di Maluku Utara ini yaitu dalam gambar Nomor 31, dimana dalam gambar
tersebut terlihat kaki pengantin sedang dicuci oleh salah satu dari orang tua
kedua mempelai. Hal ini merupakan pertanda bahwa orang tua yang melahirkan kita
ke dunia, membimbing dan memelihara serta mengasuh kita hingga saat kita masuk
ke dalam saat-saat pernikahan. Untuk itu orang tua juga akan membersihkan kaki
kita yang akan melangkah meninggalkan mereka untuk memulai suatu hidup berumah
tangga dengan pasangan kita yang mana bahtera rumah tangga kita itu akan kita
bawa sendiri mengarungi luasnya samudera kehidupan dengan segala liku-likunya
yang akan kita alami sendiri.
Dalam acara perkawinan ini semua hal mempunyai arti
tersendiri, sampai-sampai dalam cara mengatur hidangan di meja makan pun
mempunyai arti.
Dapat kita temukan pada gambar Nomor 30 dimana susunan makanan yang
didahului dengan piring pengantin di depan sekali, ini sudah menunjukkan bahwa
kedua mempelai yang merupakan orang-orang pertama sebagai pengemudi bahtera
kehidupan mereka. Sedangkan empat buah piring yang berada di belakang merupakan
piring yang disediakan bagi keempat orang lain yang berhak untuk ikut ambil
bagian dalam upacara tersebut.
Empat orang yang dimaksudkan
disini adalah kedua orang tua dari masing-masing mempelai.
Adapun makanan yang biasanya
dihidangkan dalam upacara perkawinan ini adalah Nasi kuning, Nasi putih,
Ketupat, Jaha, Nasi Jaha, Telur, Pisang, serta makanan-makanan lain seperti
terlihat pada gambar Nomor 30 tersebut.
Sesudah acara keagamaan
selesai, biasanya dilanjutkan dengan acara pesta yang mana dalam acara pesta
tersebut biasanya diramaikan dengan acara dansa-dansi yang dilakukan oleh para
muda-mudi. Dalam acara ini makanan yang disajikan bukan makanan yang khusus,
tetapi sudah merupakan variasi makanan-makanan lain. Makanan yang disajikan
dalam acara pesta seperti ini bukanlah makanan yang khusus untuk upacara adat
misalnya, tetapi makanan yang disediakan disini adalah makanan yang umumnya
disajikan dalam pesta-pesta seperti Gule kambing ataupun sapi, sup ayam,
perkedel daging dan sebagainnya. Biasanya juga diselingi dengan kue-kue seperti
umumnya kue yang disediakan untuk acara pesta-pesta seperti kue tar, kue bolu
dan lain-lain.
Setelah lewat masa upacara
perkawinan ini, maka pada saatnya sang isteripun akan mengandung dan kalau
sampai saatnya, maka iapun melahirkan anak. Pada saat ibu itu melahirkan anak,
tidak akan diadakan upacara apa-apa. Nanti setelah anak bayi tersebut berumur
empat puluh hari, barulah diadakan upacara pengambilan rambut yang dikenal di
Maluku Utara ini dengan Upacara Potong Rambut.
b.
Upacara Potong Rambut.
Upacara potong rambut ini biasanya dilakukan setelah bayi tersebut itu
berumur kurang lebih empat puluh hari.
Biasanya upacara tersebut masih diwarnai dengan adat dan kebiasaan yang
berlaku di kalangan masyarakat Maluku Utara.
Pada saat yang sudah ditentukan, maka bayi tersebut yang akan diambil
rambutnya dimandikan dengan air yang sudah diberikan berbagai ramuan yang
terdiri dari bunga-bungaan, dengan tujuan agar bayi itu nantinya dapat menarik
seperti bunga yang diberikan sebagai ramuan dalam upacara tersebut. Setelah
bayi tadi dimandikan oleh dukun yang akan memimpin upacara tersebut,
dilanjutkan dengan pembacaaan mantera-mantera sebagai pengantar pengambilan
rambut dari bayi tadi.
Mantera-mantera yang dibacakan tidak lain dari pada doa-doa yang
memohonkan keselamatan bagi sang bayi tersebut. Sesudah itu dukun tadi mulai
memotong sedikit dari pada rambut bayi yang dimaksudkan dan dilanjutkan
pengguntingannya oleh sanak keluarga dari bayi yang bersangkutan yang dimulai
dari Ibu, Bapak, kemudian saudara-saudara bayi tersebut. Setelah itu biasanya
bayi tadi digunduli sampai bersih sekali kepalanya, kemudian setelah selesai
upacara tadi barulah disuguhkan makananan bagi peserta upacara dan para
undangan yang datang menghadiri upacara tersebut.
Makanan yang biasanya dihidangkan pada upacara tersebut adalah : antara
lain Nasi kuning, Nasi jaha, Pali, Nyae-nyae, Jaha dan lain-lain dengan
disertai kue-kue seperti pisang goring, cucur dan sebagainya.
c.
Upacara Sunatan.
Biasanya upacara ini dilakukan setelah anak sudah agak besar dan biasanya
upacara ini hanya dilakukan di kalangan mereka yang memeluk agama Islam saja.
Kalau ditinjau dari segi kesehatan, memang sunatan ini paling baik untuk
kesehatan akan sekaligus bagi orang dewasa. Dengan pengertian bahwa sunatan itu
akan membersihkan rongga yang terdapat di bawah kulit yang menutupi bagian
ujung dari pada kemaluan laki-laki. Hal ini mengakibatkan tidak mudah
dihinggapi penyakit. Selain itu sunatan merupakan sesuatu yang wajib bagi
pemeluk agama Islam.
Biasanya anak setelah cukup besar dilakukan upacara sunatan ini.
Adakalanya yang melakukan sunatan ini adalah seorang dukun biasa tetapi pada
jaman sekarang sudah banyak dilakukan oleh seorang dokter atau perawat
kesehatan yang sudah dibolehkan untuk melakukan sunatan ini. Pada saat sekarang
ini acara sunatan itu sendiri tidak dilakukan secara adat, tetapi setelah
selesai acara tersebut baru diadakan acara adat, seperti menghidangkan makanan
yang enak-enak kepada anak yang sudah disunat tadi. Adapun makanan yang
dihidangkan itu terdiri dari berbagai macam makanan yang lezat-lezat. Hal ini
merupakan lambing bagi anak tadi bahwa dengan telah diadakan sunatan terhadap
dirinya, maka ia dapat menikmati segala macam makanan yang tersedia tetapi
tentu dengan pertimbangan-pertimbangan dari dirinya sendiri, makanan mana yang
boleh dimakan dan yang mana yang tidak boleh dimakan. Sesudah itu kepada para
tamu dan undangan disajikan makanan yang memang sudah akan disediakan bagi
mereka. Adapun makanan yang disajikan kepada para tamu dan undangan itu adalah
serupa dengan makanan yang diperuntukan bagi para tamu dan undangan sewaktu
acara perkawinan berlangsung. Tentunya dalam menghidangkan makanan yang
dimaksudkan itu disesuaikan dengan kemampuan yang mempunyai hajat, juga
disesuaikan dengan undangan ataupun orang yang akan ikut ambil bagian dalam
upacara tersebut.
d.
Upacara Kelahiran.
Pada saat persalinan orang tidak mengadakan upacara, beberapa hari
setelah persalinan, barulah ada niat dari mereka untuk melakukan sedikit
upacara yang dikatakan sebagai upacara kelahiran. Mengapa sehingga upacara
kelahiran. Mengapa sehingga upacara persalinan ataupun upacara kelahiran itu
tidak dilakukan pada waktu seorang ibu itu melahirkan, tetapi dilakukan setelah
beberapa hari. Hal ini disebabkan karena pada persalinan biasanya tidak semua
dilakukan di rumah. Karena pengertian masyarakat di Maluku Utara ini sudah
semakin baik tentang penggunaan fasilitas-fasilitas yang disediakan bagi
mereka, maka kebanyakan persalinan pada saat sekarang ini tidak dilakukan di
rumah dengan bantuan dukun beranak lagi, tetapi kebanyakan dilakukan di
rumah-rumah bersalin dengan pengawasan dari seorang dokter atau bidan yang
memang sudah sangat ahli dalam menolong persalinan. Dengan demikan akibat sampingan
yang terjadi dari pada persalinan itu sangatlah kecil, apabila memang harus ada
dan juga dibawah pengawasan seorang ahli. Namun demikan, tidak berarti bahwa
semua persalinan itu dilakukan di rumah sakit atau di rumah-rumah bersalinan,
masih ada juga orang-orang anggota masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari
fasilitas kesehatan yang tersedia terutama untuk melahirkan, maka tidak
tertutup kemungkinan bagi mereka untuk mengadakan persalinan itu dirumah saja.
Biasanya yang menolong persalinan itu dirumah saja. Biasanya yang menolong
persalinan itu adalah yang disebut dukun beranak. Mereka ini adalah orang-orang
yang dengan pengalaman yang turun-temurun dari orang-orang tua ataupun dari
guru-guru mereka, mereka dapat menolong terjadinya persalinan. Memang tidak
dapat disangkal bahwa kebanyakan persalinan yang ditolong oleh para dukun
beranak ini berhasil dengan baik. Tetapi hal yang demikian bila si ibu yang
hendak melahirkan itu tidak terdapat berbagai macam kontra indikasi. Namun
demikian biasanya apabila terjadi kegagalan dalam menolong seorang ibu untuk
melahirkan, maka oleh dukun tadi dihubungkan dengan persoalan mistik, dan
akibat-akibat daripada perbuatan-perbuatan orang tuanya dan sebagainya.
Sedangkan sebenarnya si ibu tadi menderita komplikasi beberapa penyakit
misalnya. Biasanya juga sekalipun persalinan itu dilakukan di rumah, tetapi
yang diminta untuk menolong adalah seorang bidan yang kebetulan tinggalnya
berdekatan dengan ibu yang akan melahirkan tadi. Jadi persalinan tadi sudah
berlangsung dengan baik dan tidak kurang sesuatu apapun dan setelah beberapa
hari setelah pusar dari bayi itu sudah pupus, barulah diadakan acara untuk bayi
tersebut. Dan acara ini biasanya hanya berupa syukuran atas kelahiran bayi
tadi. Dalam acara ini tidak ada suguhan yang istimewa, namun hanya hidangan
ringan setelah mereka mendoakan kelahiran bayi tadi, serta mengucapkan syukur
atas rahmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada kedua orang tua
dari bayi itu. Setelah upacara tersebut selesai, lalu dikeluarkan hidangan
ringan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Nanti pada acara potong rambut ataupun sunatan, barulah dilakukan upacara
dengan jamuan yang cukup besar seperti yang sudah diuraikan di atas tadi.
Sedangkan dalam upacara atau acara kelahiran ini saja disuguhkan minuman teh
biasa dengan sedikit gula kemudian diikuti dengan kue-kue seperti cucur dan
lain-lain kue yang biasanya disajikan dalam acara-acara ringan seperti itu.
e.
Upacara-Upacara Keagamaan
Dalam upacara-upacara keagamaan ini banyak macam makanan yang disajikan
sesuai dengan jenis upacaranya. Kalau untuk orang yang beagama Kristen, maka
upacara keagamaan di Maluku Utara hamper sama saja dengan upacara yang
dilakukan di Maluku Tengah dan Maluku Tenggara. Salah satu bentuk upacara yang
dilakukan dari segi keagamaan ini menurut agama Kristen khususnya Kristen
Protestan adalah upacara Baptisan. Upacara Baptisan ini biasanya juga disebut
sebagai upacara Anak Serani.
Biasanya anak yang masih kecil dibawa ke Gereja untuk dibaptiskan inipun
suatu pertanda bahwa anak tersebut adalah pemeluk agama Kristen Protestan.
Upacara keagamaan ini dilakukan di Gereja dengan dipimpin oleh Pendeta atau
Penghentar Jemaat.
Anak tadi dibawa ke depan mimbar lalu disertai oleh saksi-saksinya,
biasanya saksi-saksi ini disebut juga sebagai Papa dan Mama Serani.
Upacara dimulai dengan menanyakan saksi-saksi apakah mereka bersedia
menjalankan kewajiban mereka sebagai saksi, untuk membimbing anak ini tetap di
jalan yang dikehendaki oleh Tuhan dan apakah mereka sebagai saksi bersedia
memberikan petunjuk-petunjuk hidup sebagai orang Kristen kepada anak tadi.
Setelah selesai saksi-saksi ditanya maka anak tersebut dibaptis dengan
memercikan air di atas kepalanya dan dilakukan dengan Nama Bapak, Anak dan Roh
Kudus. Setelah itu acara baptisan selesai.
Dalam acara di Gereja ini tidak disuguhkan makanan, acara hidangan
disuguhkan nanti setelah tiba di rumah. Di sana diadakan acara makan bagi
keluarga dan seluruh tamu yang datang.
Biasanya makanan yang disajikan dalam acara ini sama saja dengan acara
ulang tahun ataupun acara-acara pesta keluarga dan lain-lain dan biasanya yang
dihidangkan sudah bukan lagi makanan yang bernama adat, tetapi makanan yang
sudah bervariasi dengan makanan ala barat, seperti sup ayam, dan sebagainya
baru kemudian di persilahkan untuk mengambil nasi yang disediakan di atas meja
yang disertai dengan lauk pauknya. Dalam hidangan-hidangan lainnya terdapat
opor ayam, sambal goreng tempe, acar dan sebagainya.
Selain upacara baptisan yang dikemukakan ini, ada juga upacara yang
dikenal di kalangan agama Kristen adalah upacara Peneguhan Sidi Baru. Upacara
ini dimaksudkan sebagai tanda bahwa setelah dewasa, maka anak tersebut sudah
dapat mengadakan pengakuan sendiri dari lubuk hatinya dengan sepenuh
kesadarannya untuk mengikuti jejak agama Kristen Prostestan. Hal ini adalah
kelanjutan daripada upacara baptisan. Kalau upacara baptisan maka upacara
peneguhan sidi baru ini dilakukan pada saat anak tadi telah dewasa. Dan
biasanya umur yang ditentukan untuk masuk menjadi anggota sidi baru adalah
sekurang-kurangnya 16 tahun.
Kalau pada saat upacara baptisan dilakukan maka yang ditanya adalah para
saksi mereka, sedangkan dalam upacara peneguhan sidi baru ini yang ditanya
adalah yang bersangkutan sendiri.
Biasanya yang menjadi anggota sidi baru ini adalah berjumlah sampai
puluhan bahkan sampai seratusan lebih.
Sebelum sampai pada upacara
peneguhan sidi baru ini mereka harus melalui suatu masa yang dinamakan
Katekisasi. Katekisasi adalah semacam kursus yang lamanya adalah antara mengikuti
peneguhan sidi baru.
Dalam upacara ini semua peserta anggota sidi baru diharuskan menjawab
pertanyaan yang ditanyakan oleh Pendeta sebagai pemimpin upacara dan harus
dijawab oleh semua anggota sidi baru secara serempak di hadap anggota-anggota
jemaat yang lain. Selesai upacara ini, maka dilaksanakan acara di rumah
masing-masing anggota sidi baru ini adalah upacara Perjamuan Kudus.
Salah satu persyaratan yang mutlak harus dipunyai untuk dapat mengikuti
upacara perjamuan kudus ini adalah harus sudah menjadi anggota sidi. Dalam
upacara peneguhan sidi baru ini makanan yang disajikan dalam acara ini tidak
disajikan di waktu upacara di Gereja itu, tetapi makanan tersebut disajikan
dalam acara di rumah masing-masing anggota sidi baru tersebut. Biasanya makanan
yang disajikan dalam upacara ini makanannya adalah variasi antara makanan adat
dan makanan ala barat dan penyajiannya terserah manurut selera orang yang akan
mengambilnya.
f.
Upacara Perjamuan Kudus.
Seperti yang sudah dikemukakan bahwa kelanjutan dari pada upacara
peneguhan sidi baru ini adalah upacara perjamuan kudus. Dalam upacara perjamuan
kudus ini seperti sudah dijelaskan bahwa yang boleh mengikuti upacara perjamuan
kudus ini hanyalah mereka yang sudah diteguhkan sebagai anggota sidi. Oleh
karena itu yang belum pernah mengikuti upacara peneguhan sidi sama sekali tidak
boleh mengikuti upacara perjamuan kudus. Dalam upacara perjamuan kudus ini
tersedia makanan khusus yang disediakan untuk acara ini.
Adapun makanan yang dimaksudkan adalah Roti yang tidak beragi dan air
anggur. Roti yang disediakan setelah diberkati oleh Pendeta kemudian
dipatah-patahkan lalu dibagikan kepada seluruh peserta upacara tersebut.
Biasanya meja yang disediakan di dalam Gereja untuk keperluan upacara
tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk salib. Peserta
perjamuan ini duduk mengelilingi meja yang berbentuk salib tersebut.
Karena banyaknya peserta upacara perjamuan ini, maka peserta
dipersilahkan duduk di meja secara bergiliran.
Yang pertama disajikan dalam upacara ini adalah roti tadi, hal ini
dimaksudkan sebagai peringatan akan kejadian dimana Tuhan Yesus menjamu
murid-muridnya sesaat sebelum ia ditangkap dan akhirnya mati di salib oleh
penguasa Romawi saat itu. Dalam perjamuan itu roti ini adalah bagian dari tubuhKu
dan minumlah karena anggur ini adalah bagian dari pada darahKu. Lakukanlah ini
setiap kali sebagai peringatan akan Daku”.
Oleh karena itu dalam upacara ini yang disajikan terlebih dahulu adalah
roti, kemudian baru diikuti dengan minuman yaitu anggur.
Setelah selesai upacara di Gereja, di rumah tidak lagi ada acara apa-apa.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk upacara keagamaan bagi agama
Kristen dimulai dengan baptisan yang dilakukan bagi anak-anak kecil, sesudah
itu dilakukan upacara peneguhan sidi apabila anak telah dewasa, baru setelah
itu upacara perjamuan setelah seseorang mengikuti upacara sidi tersebut.
Sedangkan bila dihubungkan dengan makanan pada saat-saat upacara itu adalah
sebagai berikut :
Panyajian makanan dalam acara upacara baptisan anak-anak dilakukan di
rumah setelah selesai upacara baptisan anak-anak dilakukan di rumah setelah
selesai upacara baptisan di Gereja. Demikian juga dengan penyajian makanan
dalam upacara peneguhan sidi, makanan juga disajikan di rumah, setelah selesai
upacara di Gereja. Sedangkan untuk upacara di Gereja. Sedangkan untuk upacara perjamuan
kudus, makanan disajikan di Gereja pada saat upacara berlangsung dan makanan
yang disajikan hanyalah terdiri dari roti yang tidak beragi dan air anggur.
Masih ada upacara-upacara yang lain yang berhubungan dengan agama Kristen
yaitu upacara perayaan Natal atau hari lahirnya Tuhan Yesus. Acara ini biasanya
dilaksanakan pada setiap tanggal 25 Desember dan dilaksanakan secara
bersama-sama di Gereja, juga diadakan secara sendiri-sendiri di dalam keluarga,
ataupun dilakukan oleh kelompok-kelompok ataupun organisasi-organisasi Gereja
lainnya dengan biasanya memilih tanggal yang mereka sukai asal masih terdapat
di dalam bulan desember.
Dari segi agama Islam masih ada di Maluku Utara ini upacara yang kita
kenal sebagai suatu upacara setelah seorang anak selesai ataupun menamatkan
membaca kitab suci Al Qur’an. Pada saat itu mereka mengadakan semacam upacara
kecil dimana dalam upacara tersebut disajikan makanan ringan yang sama dengan
makanan yang biasanya disajikan pada acara-acara ulang tahun dan sebagainya.
g.
Upacara Pelantikan Raja.
Upacara Pelantikan Raja di Maluku Utara ini agak berbeda dengan upacara
pelantikan Raja di Maluku Tengah dan Maluku Tenggara. Di Maluku Utara orang
yang dipilih untuk menjadi Raja adalah dari keturunan yang berhak untuk menjadi
Raja. Jadi dalam acara ini tidak terlihat adanya unsure demokrasi secara murni.
Barangkali juga ada tetapi untuk
demokrasi yang ditunjukan hanya dalam lingkungan keluarga saja. Tetapi bagi
seluruh rakyat, mereka hanya menantikan Raja mereka, tanpa ikut melaksanakan
sesuatu pemilihan siapa yang menjadi Raja mereka. Dalam upacara ini adat sangat
berperan. Sebab bagi orang yang akan menjadi Raja ini setidak-tidaknya akan memangku
jabatan sebagai kepala adat. Disini terlihat bahwa kalau bukan orang yang
berhak, maka tidak akan mungkin menguasai adat dari pada lingkungannya. Dengan
demikian orang tersebut tidak mungkin menjadi Raja yang dimaksudkan dalam hal
ini adalah sama dengan Kepala Pemerintah Desa dalam Negara kita ini. Jadi yang
menjadi Raja dalam hal ini adalah sama dengan Kepala Desa saja.
Hanya pada saat Negara kita ini dijajah oleh bangsa Belanda, maka Belanda
untuk menjalankan politik pemecah belah dan menguasai ini maka dibentuklah
semacam kerajaan-kerajaan kecil yang sebenarnya belum dapat dimasukkan dalam
kategori kerajaan, namun demikian bagi tempat-tempat tersebut ditempatkan
seseorang dengan sebutan Raja. Dengan demikian maka kebanggaan dari pada Raja
tadi dan pengikutnya akan timbul dan mereka akan mempertahankan segala milik
mereka dengan segala dana dan daya mereka Inilah yang sampai sekarang
menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi mereka yang kebetulan mendapatkan
kebahagiaan untuk menjadi Raja. Sampai saat ini keturunan Raja tersebut, masih
mempunyai kebanggaan sebagai turunan bangsawan dari Negri mereka.
Biasanya dalam upacara pelantikan Raja ini adatpun memainkan peranan yang
sangat diupacarakan secara adat, maka kemudian diadakan pesta sebagai tanda
bersuka ria mendapatkan Raja yang baru. Pesta yang diadakan sehubungan dengan
pelantikan Raja ini sering sampai beberapa hari lamanya. Dan makanan yang
disajikan dalam acara tersebut adalah makanan yang meriah seperti yang
disajikan dalam acara perkawinan dengan segala variasi yang tersedia. Upacara
lain yang dapat ditemukan di Daerah Maluku Utara ini adalah upacara penerimaan
tamu.
Upacara yang biasanya dilakukan dalam upacara penerimaan tamu ini ialah
bila ada tamu-tamu VIP (Very Important Person) atau tamu-tamu yang paling
penting, maka dalam penerimaannya dilakukan upacara penyambutan. Biasanya
upacara penyambutan ini dilakukan di lapangan terbang, apabila mereka para tamu
itu datang dengan menggunakan pesawat terbang. Sedangkan upacara itu akan
dilaksanakan bila tamu datang dengan menggunakan kapal laut.
Dalam Upacara ini biasanya selain disuguhkan tarian-tarian daerah maka
satu-satunya makanan dan minuman yang disuguhkan dalam acara adat yang
berhubungan dengan upacara penyambutan itu adalah sirih pinang dan sopi.
Makanan dan minuman ini hanya diperuntukkan sebagai persyaratan saja.
Sesudah upacara adatnya selesai, barulah disuguhkan makanan ringan pada
saat para tamu itu sudah berada di dalam ruang yang diperuntukan bagi tamu
tersebut. Dan biasanya makanan yang disediakan pada saat itu adalah makanan
ringan seperti kue-kue dan minuman ringan sekedar sebagai penghilang rasa haus
saja.
Tidak ada makanan khusus dalam upacara penyambutan tamu ini. Juga tidak
ada makanan yang khusus berhubungan dengan adat dalam upacara ini, hanya sirih
dan pinang sebagai yang sudah diuraikan di muka tadi.
h.
Upacara Orang Mati
Selain upacara-upacara yang sudah disebutkan di atas, masih ada lagi
upacara-upacara lain seperti upacara orang mati.
Upacara orang mati ini di Maluku Utara, Maluku Tengah dan Maluku Tenggara
pada umumnya adalah sama saja.
Biasanya upacara tersebut dilaksanakan di waktu penguburan. Sebelum
jenazah dibawa ke kuburan, maka upacara diadakan terlebih dahulu di rumah
keluarga yang berduka. Dimana dalam upacara tersebut jenazah tadi
disembahyangkan terlebih dahulu. Biasanya kalau yang meninggal itu orang yang
beragama Kristen, maka upacara menyembahyangkan jenazah sebelum dilepas ke
kuburan dinamakan upacara makburat. Selesai upacara makburat itu barulah
jenazah dibawakan ke kuburan. Dikuburan baru diadakan upacara penguburan.
Upacara penguburan biasanya dipimpin juga oleh seorang Pendeta yang sudah
dipersiapkan untuk acara tersebut.
Biasanya Pendeta yang dimintakan adalah Pendeta yang melayani jemaat di
lingkungan dimana keluarga yang berduka itu berada.
Dalam acara orang mati ini pada saat dilakukan upacara makburat itu tidak
disuguhkan sesuatu, tetapi pada saat upacara pengucapan syukur biasanya
dilakukan pada saat malam ketiga setelah kematian itu barulah dilakukan acara
dengan jamuan makanan ringan. Adapun makanan yang biasanya disajikan dalam
upacara ataupun dalam acara ini adalah nasi jaha, dan makanan ringan lainnya.
Minuman yang biasanya disajikan dalam acara ini adalah lebih cocok bila
diberikan kopi susu.
Kalau yang meninggal itu adalah orang yang beragama Islam, maka bentuk
upacaranya tentu berlainan dengan upacara yang dilakukan oleh orang yang
beragama Kristen seperti yang telah diuraikan di atas. Untuk orang yang
beragama Islam, di Maluku Utara ini, setelah jenazah dimandikan kemudian
disembahyangkan, maka terus dikuburkan. Setelah selesai upacara penguburan itu
langsung malamnya diadakan acara tahlilan dimana selesai acara tersebut
disuguhkan makanan yang biasanya disediakan untuk itu seperti : nasi kuning, siri
kaya, gule-gule, rica isi, ikan isi, dan lain-lain.
Sesudah itu pada saat hari yang ketujuh, mereka membuat upacara lagi
dengan mengadakan tahlilan kembali yang dinamakan upacara hari ketujuh. Makanan
yang disajikan biasanya sama dengan pada hari yang pertama.
Demikian juga pada hari yang keempat puluh, kembali diadakan upacara
empat puluh hari, dengan mengadakan tahlilan.
Juga pada hari yang keseratus mereka kembali mengadakan upacara tahlilan
untuk hari yang keseratus yang biasanya disebut upacara seratus hari. Makanan
yang dihidangkan dalam upacara seratus hari tersebut adalah sama juga dengan
upacara pada hari-hari pertama, ketiga, ketujuh, keempat puluh dan keseratus.
Upacara lain yang biasanya ditemukan di daerah ini seperti upacara
membangun rumah ini biasanya dilakukan pada saat yang ditentukan oleh yang
punya hajat setelah bertukar pikiran dengan seorang yang paling tahu dalam hal
itu. Ada yang menentukan bahwa rumah yang akan dibangun itu harus didirikan
pada waktu subuh ada juga yang berpendapat bahwa rumah yang akan dibangun itu
harus pada waktu matahari akan terbenam, dan ada juga yang berpendapat bahwa
rumah itu harus dibangun pada saat tengah hari dan sebagainya.
Biasanya setelah ada kesesuaian waktu membangun, maka diadakan upacara
kecil dengan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar acara membangun rumah
itu berjalan lancer. Setelah itu paku yang pertama ditanamkan ke tiang tidak
boleh berbunyi dan sebagainya.
Adanya acara-acara yang ditentukan ini sesuai permintaan dari pada dukun
tadi.
Ada pula yang menentukan bahwa untuk menanamkan paku yang pertama itu
harus dengan suatu hiruk-pikuk seperti terjadi suatu keributan besar dan ada
pula yang menginginkan paku pertama dari pada rumahnya itu tidak boleh dipukul
dengan memakai palu, dan lain-lain cara yang mereka kehendaki sendiri-sendiri
setelah mengadakan tukar pikiran dengan dukun yang mereka pilih.
Selesai upacara tersebut maka siangnya diadakan jamuan makan bagi seluruh
orang yang membantu mengerjakan rumah tersebut. Makanan yang disajikan disini
adalah makanan adat dari ubi-ubian, jaha dan lain sebagainya dan untuk menemani
makanan tersebut disediakan minuman keras seperti sageru ataupun sopi baik dari
aren maupun dari kelapa. Upacara lain yang masih dapat ditemukan adalah antara
lain upacara sembahyang pada saat Idulfitri bagi mereka yang memeluk agama
Islam secara bersama-sama melakukan sembahyang di suatu tempat yang sudah
ditentukan.
Biasanya di Mesjid Raya atau karena yang akan mengikuti sembahyang itu
begitu banyak, maka biasanya yang dipilih untuk melakukan upacara tersebut
adalah lapangan yang agak luas. Dipilihnya tempat ini karena umat yang akan
ikut ambil bagian dalam upacara seperti ini biasanya jauh lebih banyak dari
pada saat-saat sembahyang biasa, bahkan jumlah orang yang ikut dalam upacara
sembahyang ini kadangkala sampai mencapai jumlah sepuluh kali lipat dari
waktu-waktu sembahyang biasa.
Upacara sembahyang pada hari raya Idulfitri ini biasanya disebut dengan
istilah sembahyang Ied. Sembahyang Ied ini dipimpin oleh seorang Imam dan
seorang Khotib. Dalam upacara ini tidak ada suguhan apa-apa, nanti pada saat
upacara sembahyang ini sudah selesai, barulah makanan disajikan tiap-tiap
keluarga di rumahnya untuk menyambut tamu yang datang. Tamu yang datang pada
hari ini tidak pernah diundang. Hal ini disebabkan karena hari raya ini
dianggap sebagai suatu hari besar bagi pemeluk agama Islam, dimana hari ini
diperingati sebagai hari hijrahnya Nabi Besar Muhammad S.A.W. dari Mekah ke
Medinah. Makanan yang disediakan dalam rangka acara ini adalah makanan-makanan
ringan yang paling penting. Ada juga yang menyediakan makanan-makanan untuk
menjamu tamu seperti makanan yang biasanya disediakan untuk keperluan
pesta-pesta.
Dan biasanya kita dapatkan dalam acara-acara seperti ini makanan seperti
: gule kambing, roti kambing, sate kambing, dan lain-lain makanan yang
kebanyakan berwarna tanah Arab, tempat asalnya Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Tetapi kebanyakan makanan yang disediakan dalam acara-acara seperti ini
adalah makanan ringan seperti kue-kue dan penganan lain yang dibuat dari tepung
terigu, ketan, ubi-ubian dan lain sebagainya.
Biasanya pada hari ini setiap orang yang beragama Islam akan mengunjung
para tetangga, sahabat dan handai taulan untuk bersilahturahmi dengan
mengucapkan Minal Aidin Walfaizin serta memohonkan maaf lahir dan bathin.
Upacara lain yang masih berwarna keagamaan adalah upacara sembahyang Ied
sewaktu Idul Adha.
Upacara
ini sama juga dengan upacara sembahyang pada saat Idul Fitri namun perayaannya
tidak begitu meriah seperti pada upacara perayaan Idul Fitri. Dalam upacara
Idul Adha ini makanan juga disediakan seperti pada upacara ataupun acara Idul
Fitri tetapi dalam frekwensi yang lebih kecil dari pada saat Idul Fitri.
download lengkap
download lengkap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar