Pada masa sebelum terbentuknya batas wilayah NUFIR HAROA tibalah dua (2) orang Musafir asal Bali (Soat Bal). kedua musafir itu Tabi dan Tabai.
Dalam perjalanan mereka singgah di pulau Kuur. Disitu mereka memancangkan bendera SAIR LAK di tanjung Watsua Song. Mereka meneruskan perjalanan/pelayaran sampai di pulau Kai Kecil (Nuhu Roa) melalui nuu tavun (Pulau Dullah) dan mendarat di KALVIK. Dari kalvik menuju FAAN dan mendarat di RUMHENG dan terus masuk Woma EL LORNGAS.
Barang bawaan dari Soat bal (bali) ialah 1 (satu) tempat siri besar dengan sebuah batu papan berukuran : Tebal kurang lebih 10 Cm, lebar Kurang lebih 70 Cm, panjang Kurang lebih 1 M. Tempat siri tersebut berbentuk Oval (Bulat Telur) dengan ukuran garis tengah kurang lebih 1 M. Tempat siri itu adalah Baan Rit dan dinamakan NGUTUN RIT TENAN BES.
Setelah beberapa lama tabi tabai tinggal di FAAN (LORNGAS), berangkatlah mereka menyusuri pesisir barat pulau kei kecil ke selatan dan sampailah di Nufit. Mereka mendarat dan bermukim di ARLOON Tanjung LAYE. Barang bawaannya (Baan Rit) ditinggalkan di Lorngas Faan.
Pada suatu hari ketika Boimas hendak mencuci rambut dengan menggunakan kelapa Kukur yang sementara dijemur, tiba-tiba angin melayangkan tempat jemuran kelapa (Nyiru/Si’fat) sampai Ke Kei Besar dan tersangkut di pulau kecil di depan Elat. Pulau itu kemudian dinamakan Si’fat/I’fat. Boimas menangis dan menuntut agar barangnya yang hilang harus ditemukan kembali. Namun pada masa itu belum ada kelapa di kepulauan kei, sehingga harus dicari diluar pulau kei. Oleh karena itu tabi tabai mulai melengkapi perahunya dengan menggunakan ular (yatel) sebagai tali layar, Ngis (Ikan Bibi) sebagai penimba ruang, ikan Gurita sebagai tali jangkar, Ular laut (Vurek) sebagai pengikat kemudi, dan diujung tiang layar ditempatkan burung elang (LUS). Mereka mulai berlayar menuju sebelah utara menuju DAI KOVYAI (DAI = SERAM, KOVYAI=IRIAN). Sampailah mereka di Kovyai – Karas bastul (Wilayah kaimana/karoi). Disana penguasa (Rat Badmar) tidak menerima mereka dan hendak menyerangnya. Akhirnya peperangan dengan mengadu kekuatan terjadi dengan menggunakan kekuatan alam. Rat badmar memberitahukan kepada tabi tabai bahwa malam hari nanti ia akan menyerang dengan menggunakan kekuatan angin utara. Sesegera mungkin tabi tabai mempersiapkan diri dengan memanggil burung elang untuk membuka sayap melindungi mereka dari hujan, memerintahkan gurita untuk menahan kuat-kuat perahu terpaan ombak, arus, dan angin topan, mengingatkan ikan bibi (Ngis) untuk siap menimbah ruang bila air masuk perahu, memanggil ikan paus dating mengelilingi perahu mereka agar terlindung dari badai dan terpaan gelombang.
Matahari mulai terbenam, mulai saatnya pertaruhan kekuatan sampai terbitnya matahari, namun Tabi Tabai tetap aman. Kini dating giliran Tabi Tabai untuk menyerang. Pada siang harinya Tabi Tabai menyampaikan kepada Rat Badmar beserta seluruh rakyatnya agar mempersiapkan diri terhadap serangan/hembusan angin/badai dari selatan. Matahari mulai terbenam tiba saatnya serangan balasan dari Tabi Tabai. Gelombang pantai mengamuk sampai air masuk kampong. Di tengah amukan ombak dan badai Tabi Tabai memerintahkan ikan paus menyumbur air laut sampai masuk pemukiman/kampong. Rumah-rumah penduduk terbongkar dan hanyut. Rat Badmar bersama rakyatnya berteriak memohon ampun. Pada pagi harinya penduduk terbongkar dan hanyut. Rat Badmar bersama rakyatnya berteriak memohon ampun. Pada pagi harinya penduduk setempat dating menyambut Tabi Tabai untuk memilih daratan atau pulau mana saja agar menjadi milik agar peperangan dihentikan/tidak terbawah keluar (O’BA). Tabi Tabai tidak memilih daratan ataupun pulau, akan tetapi mereka memilih Penyu Belimbing (Tatak Tab) atas kemenangan mereka. Oleh karena itu Penyu Belimbing tersebut diamakan TABOB (TAB, OB). Setelah itu Rat Badmar memberikan petunjuk tentang bagaimana cara mengantar/mengiringi Tabob ke Wilayah Nufit dengan menggunakan Daun Lontar (Dab) berlayar sambil menggamai. Penyu belimbing (tabob) dihiasi oleh masyarakat setempat dengan kalung leher dari siput-siput kecil (kalkian Kormatan) dan disematkan pada leher tabob. Sebagai pengiring Tabob diberikan pula sepasang Ikan Bubara (Lanur Bes-bes), sepasang Ikan Bandeng laut (Wumur). Pada ekor ikan bubara disematkan Gelang Anyaman (Wak) yang terbuat dari Rotan.
Berangkat pulanglah Tabi Tabai dengan mengantar sekawan penyu belimbing (tabob) 7 ekor (Vevan Fit), ikan bandeng (Wumur), dan bubara (lanur bes-bes) sesuai petunjuk yang diberikan oleh Rat Badmar.
Setibanya di pulau kei kecil Nuhu tavun (Dullah) tabi tabai berlayar menuju FAAN – Rumheng, bertemu dengan penduduk setempat dan meminta agar Tabob dipelihara di Rumheng, namun penduduk setempat menolak karena makluk/hewan tersebut karena besar sehingga nantinya akan merusakan Meti dan Pelabuhan. Oleh karena makluk/hewan tersebut karena besar sehingga nantinya akan merusakan Meti dan Pelabuhan. Oleh karena itu Tabi Tabai menyerahkan kembali Ikan Bandeng (Wumur) untuk dipelihara di situ. Selanjutnya tabi tabai menyerahkan kembali Ikan Bandeng (Wumur) untuk tepi barat menuju NUFIT. Dalam perjalanan menuju Nufit mereka singga di Sit Ni Ohoi/Dudun Wahan UUT. Setelah itu mereka melanjutnya perjalanan sampai di TAHAI DE (Daerah Pantai Wab) karena kehabisan air minum. Mereka mendarat dan mengambil air minum dengan mengisi dalam sebatang bambu. Sisa bambu di tanam di situ. Air sumur itu dinamakan WEAR LOAR/WEAR LOAN. Tabi Tabai berangkat lagi dan sampai di Met Silak Sahar, punting rokok/tembakau dibuang disitu dan menjelmah menjadi Ikan Serseran. Sisa kapur siri dihempas kelaut menjadi Ikan Kapas-Kapas (Koan Diil). Mereka berlayar terus sampai dimuka kampong somlain, membuang kulit buah siri (Weet) Kelaut dan akhirnya menjadi Ikan Kepala Batu (Ngam). Mereka berlayar terus menuju Tanjung Doan untuk mencari tempat pemeliharaan Tabob dan Lanur Bes-Bes. Karena tidak menemukan tempat yang cocok untuk memelihara tabob dan lanur bes-bes, mereka kembali singga di Ngur Mun Vat Wahan (Ded Vatma). Disitu mereka menempati Lanur Bes-Bes (Bubara). Selanjutnya mereka mengantar Tabob menuju Arlo’on (diantara Tanjung ARAT dan LAYE-TABOB NI LUTUR).
Ikan Batubara (Lanur Bes-Bes) ditempat pada Wilayah Lair En Tel, sedangkan Tabob ditempatkan di Wilayah Tuun En Fit. Tabi menancapkan tokongnya di situ dan kembali menjadi batu (Tabi Ni Le’at). Daun lontar (Dab) ditanam di Tangar. Ikan bubara dijaga dan dipelihara oleh Tabai, sedangkan Tabob dijaga dan dipelihara oleh Tabi. Pagi harinya mereka turun ke Telaga yang ada di darat hendak membasu muka. Tahi mata jatuh didalam telaga dan jadilah Siput/Kerang Kecil yang dinamakan EL.
Pada suatu hari Tabai ingin mencicipi daging tabob, maka ia dating meminta tabi member seekor kepadanya. Tabi mempersilahkan tabai untuk pergi menangkap sendiri dengan member petunjuk yakni menggunakan alat tikam (Horan Tal) dan tidak boleh menikam tabob yang ada tanda putih di kepalanya. Namun tabai tidak menghiraukan nasehat dan petunjuk tabi sehingga serta merta tabai menikam tabob berkepala putih, dan akhirnya tabob induk tersebut merontak dan teerbongkarlah Lutur tempat pemeliharaan (Tabob Ni Lutur) sehingga keluarlah semua tabob yang ada di dalam. Mereka menuju laut bebas dan berpesan “bila hendak mencari kami, maka harus menghabisi perbekalan barulah bertemu dengan kami di Met Ngon Tanbav. Nyayiannya sebagai berikut :
Nen dai mu o…….
Nen dai mu vav taan ruslak
Nen dai mu o…..
Suatu ketika Tabi pun ingin mencicipi ikan bubara, maka ia pergi kepada tabai di Ded Vatma meminta tabai member seekor kepadanya. Akhirnya Tabai member izin dan member petunjuk yakni tidak boleh menangkap Bubara yang ada Gelang (Wak) di ekornya, namun petunjuk dan nasehat tersebut diingkari oleh Tabi, yakni menikam induk bubara yang ada gelang (Wak) pada ekornya, namun petunjuk dan nasehat tersebut diingkari oleh Tabi, yakni menikam induk bubara yang ada gelang (Wak) pada ekor. Akhirnya kawanan bubara yang dalam goad an menjadi liar, mereka menuju laut bebas dengan pesanan “bila hendak mencari kami, maka bias ditemukan dimana-mana”-dengan nyanyiannya sebagai berikut :
Lanur Bes-bes, Na Bes Vevan Fit
War rat, War Vav Tom Tabi yo…
Bila kita ikuti riwatnya dari segala sesuatu mengenai Tabob, ternyata sangat aneh ibarat khayalan belaka, namun bila langsung menyaksikannya, maka benar-benar nyata. Oleh karena itu maka para leluhur menciptakan satu nyanyian untuk memuja riwayat Tabob Nufit, sebagai berkut:
Nufit Mam Reng Halhaling o
Human Naswai yo…
Human Naswai Ntut Ursiw Lor Lim
Human Naswai yo…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus